Kamis, 18 September 2008

KOPI BALI ASLI

KOPI BUBUK BALI ASLI CAP CANDIMAS
PRODUKSI PABRIK KOPI GAPURA KLUNGKUNG - BALI - INDONESIA
KALAU ANDA INGIN MENCOBA UNTUK MENIKMATI RASA DAN AROMA KOPI BALI ASLI
ANDA DAPAT MEMESAN DAN MEMPEROLEH DENGAN MENGHUBUNGI
TOKO "GAPURA" TELPON : 0366 - 21207

Kamis, 20 Maret 2008

Daun Base

DAUN BASE PEMUJAAN WISNU
‘Pattram puspam phalam toyam,
‘Yo me bhakty-pracchati,
‘Tad aham bhaktyu pahrtam
‘Asn-mi prayat-tmanah.
Artinya :
Siapapun yang dengan kesujudan mempersembahkan pada-Ku, daun, bu­nga, buah-buahan, atau air, persembahan yang didasari oleh cinta dan keluar dari lubuk hati yang suci aku terima.

Barangkali sloka itulah yang memberikan landasan kenapa umat Hindu khususnya di Bali selalu memerlukan base (daun sirih). Dalam merangkai banten, apalagi dalam bentuk canang, base selalu hadir. Daun yang berbau enak tersebut merupakan daun yang disebut-sebut sebagai lambang pemujaan, penghor­matan, bahkan zaman du­lu tetua tanpa base rasanya tidak enak.
Kehadiran daun sirih Bahasa latin disebut piper betle sangat dirasakan. Bahkan sering muncul ungkapan, seindah apapun sebuah cana­ng yang dibuat, tanpa di­lengkapi dengan don base, rasanya kurang lengkap, kurang sreg.
Bagitu dekat­nya base dengan konsep agama, maka base merupakan daun yang gampang dan mudah ditemukan seti­ap pekarangan rumah.
Base juga digunakan perlamba­ng pemujaan kepada Dewa Wisnu, disamping peran lainnya dalam banten. Ca­nang pun sejatinya hadir sebagai istilah dari daun sirih itu sendiri. Base sama dengan pecanangan.
Di sisi lain base kerap kali digunakan sebagai bahan obat, disenangi kaum tua untuk penikmat mulut atau memperkuat gigi.
Sirih atau base, sudah dikenal sejak zaman dulu, yang tersurat dalam sebuah lontar Nitisastra “Masepi tikang waktra tan amucang wang” (sepi rasanya mulut tanpa makan sirih).
Sirih pun zaman dulu mempunyai nilai sangat ti­nggi. Sirih, bukanlah daun yang tumbuh liar begitu saja, keseharian bisa saja dimanfaatkan untuk pengobatan ringan, misalnya untuk menghilangkan perdarahan ringan pada hidung. Belum lagi manfaat lainnya yang sangat dibutuhkan sebagai sarana Banten.

Daun Andong

DON ANDONG
Don Andong (Daun Andong), tak asing lagi kegunaanya bagi krama Bali khususnya umat Hindu Pasalnya, banyak jenis bebantenan yang menggunakan daun andong.
Si daun berwar­na merah memang akrab sebagai perlengka­pan banten. Namun ada hal penting yang harus diperhatikan, antara lain penggunaan daun andong itu sendiri sesuai dengan warnanya, daun andong mempunyai simbol tersendiri. Bisa memberikan simbol Dewa Brahma apabila dihubungkan dengan konsep banten.
Selanjutnya, daun andong juga sering dijadikan makna kepahlawanan, disamping kekuasaan. Daun yang berbentuk panjang lancip tersebut, sangat mudah ditemukan di pekarangan krama Bali.
Di sisi lain kerap digunakan untuk ta­naman hias, tumbuhan dengan nama lathin Cordikne frug tiosa L sering digunakan dalam banten, sayut prayascita, suci, dan tukun tukon.
Tidak hanya sampai disitu, daun andong setiap membuat banten selalu digunakan sebagai alasnya yang disebut dengan plawa.
Begitulah peranan daun andong, yang sewaktu-waktu dapat digunakan ban­ten, sangat diperlukan untuk benten tingkat sederhanä sampai dengan banten tingkatan besar.
Dalam upacara perang-perangan, daun andong juga sering digunakan. Dalam upa­cara perang-perangan daun andong mempunyai makna kekuasaan atau kepahlawa­nan.

Tebu Ireng

TEBU SIMBUL DEWA BRAHMA
Tebu salah satu isi alam yang sudah tidak asing lagi untuk kebutuhan banten. Tanaman yang batangnya meng­andung gula, selalu hadir dalam tetandingan banten. Biasanya di­gunakan sebagai raka raka. Juga kerap muncul pada tetandingan canang.
Tebu banyak jenisnya. ada disebut tebu malem, tebu pu­tih, tebu rejuna, tebu ratu, tebu sale, tebu lilit dan tebu ireng.
Selain untuk banten canang meraka, tebu juga sering digunakan dalam benten peras, sodan, catur. pajegan agung pedangal matatah, nguyeg sekah, banten pangluka­tan. Masing masing tebu mempu­nyai kegunaan dan fungsi tersendiri. Pada umumnya semua jenis banten dapat digunakan sebagai pelengkap canang.
Sedangkan hal-hal khusus tidak boleh digunakan sembarang tebu. Misalnya untuk pedangal matatah digunakan tebu ireng, nguyeg sekah digunakan tebu sale, dan hal khusus lainnya.
Adanya tebu, disamping sebagai pelengkap isi ala, tebu sering dikaitkan dengan suatu simbol atau makna.
Tebu dalam fungsinya sebagai raka-raka disebut simbol dari Hyang Widiadara-widyadari. Sedangkan secara u­mum, tebu lambang dari Dewa Brahma. Selain untuk banten, tebu juga sering diguna­kan obat, misalnya tebu lilit.
Tebu rasanya manis bagaikan gula, karena batangnya mengandung air. karena sering digunakan untuk banten, tebu tidak sulit didapatkan. Bahkan krama Bali menanam tebu disetiap pekara­ngannya, maupun diareal tempat suci kelu­arga. Setiap ada rerahinan tebu pasti diperlu­kan. Hanya saja untuk kebutuhan banten tidak begitu banyak.
Belakangan setiap pintu masuk krama Bali dianjurkan untuk menanam tebu, tujuannya adalah melestarikan tanaman tebu, disamping tebu diyakini sebagai sengker alami yang di­yakini mempunyai kekuatan gaib.
Jenis tebu yang diyakini mempunyai kekuatan sebagai penyengker adalah tebu ireng.