TEBU SIMBUL DEWA BRAHMA
Tebu salah satu isi alam yang sudah tidak asing lagi untuk kebutuhan banten. Tanaman yang batangnya mengandung gula, selalu hadir dalam tetandingan banten. Biasanya digunakan sebagai raka raka. Juga kerap muncul pada tetandingan canang.
Tebu banyak jenisnya. ada disebut tebu malem, tebu putih, tebu rejuna, tebu ratu, tebu sale, tebu lilit dan tebu ireng.
Selain untuk banten canang meraka, tebu juga sering digunakan dalam benten peras, sodan, catur. pajegan agung pedangal matatah, nguyeg sekah, banten panglukatan. Masing masing tebu mempunyai kegunaan dan fungsi tersendiri. Pada umumnya semua jenis banten dapat digunakan sebagai pelengkap canang.
Sedangkan hal-hal khusus tidak boleh digunakan sembarang tebu. Misalnya untuk pedangal matatah digunakan tebu ireng, nguyeg sekah digunakan tebu sale, dan hal khusus lainnya.
Adanya tebu, disamping sebagai pelengkap isi ala, tebu sering dikaitkan dengan suatu simbol atau makna.
Tebu dalam fungsinya sebagai raka-raka disebut simbol dari Hyang Widiadara-widyadari. Sedangkan secara umum, tebu lambang dari Dewa Brahma. Selain untuk banten, tebu juga sering digunakan obat, misalnya tebu lilit.
Tebu rasanya manis bagaikan gula, karena batangnya mengandung air. karena sering digunakan untuk banten, tebu tidak sulit didapatkan. Bahkan krama Bali menanam tebu disetiap pekarangannya, maupun diareal tempat suci keluarga. Setiap ada rerahinan tebu pasti diperlukan. Hanya saja untuk kebutuhan banten tidak begitu banyak.
Belakangan setiap pintu masuk krama Bali dianjurkan untuk menanam tebu, tujuannya adalah melestarikan tanaman tebu, disamping tebu diyakini sebagai sengker alami yang diyakini mempunyai kekuatan gaib.
Jenis tebu yang diyakini mempunyai kekuatan sebagai penyengker adalah tebu ireng.