Rabu, 19 Maret 2008

Sarasamuccya

SARASAMUCCYA
Nyang inilagaken, hana wwang wukara, kurang
Iwih awayawanya, tan wruh mangaji kunang,
wwang durbhaga, durbala inupet kunang, wwang ahala,
wwang tanpamas, wwang mudha,
wwang wedi-wedi kunang,
yatika tan tiraska ran tanuyan,
pawak ning parusya angujar mangkana.
(Sarasamuccya, 123)
Artinya :
Inilah patut dihindari, yaitu mencela orang yang cacad karena kurang atau lebih anggota tubuhnya, orang buta huruf, ora­ng sengsara, orang yang tak bertenaga dan tercela pula, orang yang ditimpa kecelakaan, orang miskin, orang bodoh, begitu pun orang yang penakut orang-orang itu janganlah dicerca, diaibkan. Berkata atau mengeluarkan kata-kata yang demikian itu merupakan penghinaan.

Matangnyan mangke sang mahapandita,
sang makabratang kasatyan, tan pangumanuman,
tan pagawe pecunya, tan pangupat,
nguniweh tan mrsawada,
yatnajuga sira amiheri ujarnira,
rumaksa halaning len.
(Sarasamuccaya, 124)
Artinya :
Oleh karena itu, orang yang arif bijaksana, orang yang berjanji atas dirinya berpegang kepada kebenaran, tidak mencaci orang, tidak memfitnah, tidak mencela, lagi pula tidak berkata dusta (berbohong), melainkan giat berusaha menahan ucapan-ucapannya, dan memelihara agar orang lain jangan sampai terluka karenanya.

Apang ikang sih ya ika mulaning prihati, si nimttaning kahrt,
kawandhana, prastawa ning anemu duhkha tika.
(Sarasamuscaya, 478).
Artinya :
Karena kecintaan itulah asal mula kesedihan hati, kecintaan menyebabkan orang terkenang, terbelenggu , itu yang menjadi mula sebab orang mengalami duka cita.

Tidak ada komentar: