Jumat, 14 Maret 2008

Puja Trisandhya

PUJA TRISANDHYA, PANCA SEMBAH dan ISTADEWATA
Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan - baik dengan puja Trisandya maupun Panca Sembah - didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan.
Urutannya sebagai berikut :

1.Duduk dengan tenang. Lakukan Pranayama dan setelah suasananya tenang ucapkan mantram ini:
Om prasada sthiti sarira siwa suci nirmalàya namah swàha
Artinya: Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa hambaMu telah duduk tenang, suci dan tiada noda.
2.Kalau tersedia air bersihkan tangan pakai air. Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan pada kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas tangan kiri dan ucapkan mantram:
Om suddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kanan).
Lalu, posisi tangan di balik. Kini tangan kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan ucapkan mantram :
Om ati suddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kiri).
3.Kalau tersedia air (maksudnya air dari rumah, bukan tirtha), lebih baik berkumur sambil mengucapkan mantram di dalam hati:
Om Ang waktra parisuddmàm swàha atau
lebih pendek:
Om waktra suddhaya namah
Artinya: Ya, Tuhan sucikanlah mulut hamba.
4.Jika tersedia dupa, peganglah dupa yang sudah dinyalakan itu dengan sikap amusti, yakni tangan dicakupkan, kedua ibu jari menjepit pangkal dupa yang ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantra:
Om Am dupa dipàstraya nama swàha
Artinya: Ya, Tuhan/Brahma tajamkanlah nyala dupa hamba sehingga sucilah sudah hamba seperti sinarMu.
5.Setelah itu lakukanlah puja Trisandya.
Jika memuja sendirian dan tidak hafal seluruh puja yang banyaknya enam bait itu, ucapkanlah mantram yang pertama saja (Mantram Gayatri) tetapi diulang sebanyak tiga kali. Mantram di bawah ini memakai ejaan sebenarnya, "v" dibaca mendekati "w". Garis miring di atas huruf, dibaca lebih panjang. Permulaan mantram Om bisa diucapkan tiga kali, bisa juga sekali sebagaimana teks di bawah ini:

MANTRAM TRISANDHYA

Om bhùr bhvah svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayàt

Om Nàràyana evedam sarvam
yad bhùtam yac ca bhavyam
niskalanko nirañjano nirvikalpo
niràkhyàtah suddo deva eko
Nàràyano na dvitìyo'sti kascit

Om tvam sivah tvam mahàdevah
ìsvarah paramesvarah
brahmà visnusca rudrasca
purusah parikìrtitah

Om pàpo'ham pàpakarmàham
pàpàtmà pàpasambhavah
tràhi màm pundarìkàksa
sabàhyàbhyàntarah sucih

Om ksamasva màm mahàdeva
sarvapràni hitankara
màm moca sarva pàpebyah
pàlayasva sadà siva

Om ksàntavyah kàyiko dosah
ksàntavyo vàciko mama
ksàntavyo mànaso dosah
tat pramàdàt ksamasva màm

Om sàntih, sàntih, sàntih, Om

Terjemahannya :
Tuhan adalah bhùr svah. Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan Hyang Widhi, Semoga Ia berikan semangat pikiran kita.

Ya Tuhan, Nàràyana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa Nàràyana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua.

Ya Tuhan, Engkau dipanggil Siwa, Mahàdewa, Iswara, Parameswara, Brahmà, Wisnu, Rudra, dan Purusa.

Ya Tuhan, hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba.

Ya Tuhan, ampunilah hamba Hyang Widhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah hamba oh Hyang Widhi.

Ya Tuhan, ampunilah dosa anggota badan hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelahiran hamba.

Ya Tuhan, semoga damai, damai, damai selamanya.
Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan Trisandya (mungkin tadi sudah di rumah) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah membaca mantram untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau kawangen yang akan dipakai muspa. Ambil bunga atau kawangen itu diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:

Om puspa dantà ya namah swàha
Artinya: Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.

KRAMANING SEMBAH (Panca Sembah)
Urutan sembahyang ini sama saja, baik dipimpin oleh pinandita atau pemangku, maupun bersembahyang sendirian. Cuma, jika dipimpin pinandita yang sudah melakukan dwijati, ada kemungkinan mantramnya lebih panjang. Kalau hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya lakukan mantram-mantram pendek sebagai berikut:

1.Dengan tangan kosong (sembah puyung). Cakupkan tangan kosong dan pusatkan pikiran dan ucapkan mantram ini:
Om àtmà tattwàtmà sùddha màm swàha
Artinya: Ya Tuhan, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba.

2.Sembahyang dengan bunga, ditujukan kepada Hyang Widhi dalam wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa Aditya.
Ucapkan mantram:
Om Adityasyà param jyoti rakta tejo namo'stute sweta pankaja madhyastha bhàskaràya namo'stute
Artinya: Ya Tuhan, Sinar Hyang Surya Yang Maha Hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja Engkau. Hyang Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja Engkau yang menciptakan sinar matahari berkilauan.

3.Sembahyang dengan kawangen. Bila tidak ada, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ini ditujukan kepada Istadewata pada hari dan tempat persembahyangan itu. Istadewata ini adalah Dewata yang diinginkan kehadiranNya pada waktu memuja. Istadewata adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai wujudNya. Jadi mantramnya bisa berbeda-beda tergantung di mana dan kapan bersembahyang. Mantram di bawah ini adalah mantram umum yang biasanya dipakai saat Purnama atau Tilem atau di Pura Kahyangan Jagat.
Ucapkan mantram:
Om nama dewa adhisthanàya sarwa wyapi wai siwàya padmàsana eka pratisthàya ardhanareswaryai namo namah
Artinya: Ya Tuhan, kepada dewata yang bersemayam pada tempat yang luhur, kepada Hyang Siwa yang berada di mana-mana, kepada dewata yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat, kepada Ardhanaresvari hamba memuja.

4.Sembahyang dengan bunga atau kawangen untuk memohon waranugraha. Usai mengucapkan mantram, ada yang memperlakukan bunga itu langsung sebagai waranugraha, jadi tidak "dilentikkan/dipersembahkan" tetapi dibungakan di kepala (wanita) atau di atas kuping kanan (laki-laki).
Mantramnya adalah:
Om anugraha manoharam dewa dattà nugrahaka arcanam sarwà pùjanam namah sarwà nugrahaka Dewa-dewi mahàsiddhi yajñanya nirmalàtmaka laksmi siddhisca dirghàyuh nirwighna sukha wrddisca
Artinya: Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewata, pujaan segala pujaan, hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian pada Dewa dan Dewi berwujud jadnya suci. kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.

5.Sembahyang dengan cakupan tangan kosong, persis seperti yang pertama. Cuma sekarang ini sebagai penutup. Usai mengucapkan mantram, tangan berangsur-angsur diturunkan sambil melemaskan badan dan pikiran.
Mantramnya:
Om Dewa suksma paramà cintyàya nama swàha. Om Sàntih, Sàntih, Sàntih, Om
Artinya: Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata yang tidak terpikirkan, maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan, anugerahkan kepada hamba kedamaian, damai, damai, Ya Tuhan.

Untuk memuja di Pura atau tempat suci tertentu, kita bisa menggunakan mantram lain yang disesuaikan dengan tempat dan dalam keadaan bagaimana kita bersembahyang. Yang diganti adalah mantram sembahyang urutan ketiga dari Panca Sembah, yakni yang ditujukan kepada Istadewata.
Berikut ini contohnya:
Untuk memuja di Padmasana, Sanggar Tawang, dapat digunakan salah satu contoh dari dua mantram di bawah ini:
Om, àkàsam nirmalam sunyam,
Guru dewa bhyomàntaram,
Ciwa nirwana wiryanam,
rekhà Omkara wijayam,
Artinya:
Ya Tuhan, penguasa angkasa raya yang suci dan hening. Guru rohani yang suci berstana di angkasa raya. Siwa yang agung penguasa nirwana sebagai Omkara yang senantiasa jaya, hamba memujaMu.
Om nama dewa adhisthanàya,
sarva wyàpi vai siwàya,
padmàsana ekapratisthàya,
ardhanareswaryai namo'namah.
Artinya:
Ya Tuhan, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang tinggi, kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada di mana-mana, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat, kepada Ardhanaresvarì, hamba memujaMu.

Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Desa, digunakan mantram sebagai berikut:
Om Isanah sarwa widyànàm
Iswarah sarwa bhùtànàm,
Brahmano' dhipatir brahmà
Sivostu sadàsiwa
Artinya:
Ya Tuhan, Hyang Tunggal Yang Maha Sadar, selaku Yang Maha Kuasa menguasai semua makhluk hidup. Brahma Maha Tinggi, selaku Siwa dan Sadasiwa.

Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Puseh, mantramnya begini:
Om, Girimurti mahàwiryyam,
Mahàdewa pratistha linggam,
sarwadewa pranamyanam,
Sarwa jagat pratisthanam.
Artinya:
Ya Tuhan, selaku Girimurti Yang Maha Agung, dengan lingga yang jadi stana Mahadewa, semua dewa-dewa tunduk padaMu.

Untuk memuja di Pura Dalem, masih dalam Kahyangan Tiga:
Om, catur durjà mahàsakti,
Catur asrame Bhatàri,
Siwa jagatpati dewi,
Durgà masarira dewi.
Artinya:
Ya Tuhan, saktiMu berwujud Catur Dewi, yang dipuja oleh catur asrama, sakti dari Ciwa, Raja Semesta Alam, dalam wujud Dewi Durga. Ya, Catur Dewi, hamba menyembah ke bawah kakiMu, bebaskan hamba dari segala bencana.

Untuk bersembahyang di Pura Prajapati,
mantramnya:
Om Brahmà Prajàpatih srestah
swayambhur warado guruh
padmayonis catur waktro
Brahmà sakalam ucyate
Artinya:
Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma Prajapati, pencipta semua makhluk, maha mulia, yang menjadikan diriNya sendiri, pemberi anugerah mahaguru, lahir dari bunga teratai, memiliki empat wajah dalam satu badan, maha sempurna, penuh rahasia, Hyang Brahma Maha Agung.

Untuk di Pura Pemerajan/Kamimitan (rong tiga), paibon, dadia atau padharman,
mantramnya:
Om Brahmà Wisnu Iswara dewam
Tripurusa suddhàtmakam
Tridewa trimurti lokam
sarwa wighna winasanam
Artinya:
Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma, Wisnu, Iswara, Dewa Tripurusa Maha Suci, Tridewa adalah Trimurti, semogalah hamba terbebas dari segala bencana.

Untuk di Pura Sagara atau di tepi pantai,
mantramnya:
Om Nagendra krùra mùrtinam
Gajendra matsya waktranam
Baruna dewa masariram
sarwa jagat suddhàtmakam
Artinya:
Ya Tuhan, wujudMu menakutkan sebagai raja para naga, raja gagah yang ber-moncong ikan, Engkau adalah Dewa Baruna yang maha suci, meresapi dunia dengan kesucian jiwa, hamba memujaMu.

Untuk di Pura Batur, Ulunsui, Ulundanu,
mantramnya:
Om Sridhana dewikà ramyà
sarwa rupawati tathà
sarwa jñàna maniscaiwa
Sri Sridewi namo'stute
Artinya:
Ya Tuhan, Engkau hamba puja sebagai Dewi Sri yang maha cantik, dewi dari kekayaan yang memiliki segala keindahan. Ia adalah benih yang maha mengetahui. Ya Tuhan Maha Agung Dewi Sri, hamba memujaMu.

Untuk bersembahyang pada hari Saraswati, atau tatkala memuja Hyang Saraswati.
Mantramnya:
Om Saraswati namas tubhyam
warade kàma rùpini
siddharàmbham karisyami
siddhir bhawantu me sadà
Artinya:
Ya Tuhan dalam wujudMu sebagai Dewi Saraswati, pemberi berkah, terwujud dalam bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan selalu sukses atas waranugrahaMu.

Demikianlah beberapa mantram yang dipakai untuk bersembahyang pada tempat-tempat tertentu. Sekali lagi, mantram ini menggantikan "mantram umum" pada saat menyembah kepada Istadewata, yakni sembahyang urutan ketiga pada Panca Sembah.

Tidak ada komentar: